Wednesday 8 July 2015





LAPORAN HASIL PENGAMATAN DI EMBUNG SRITEN DAN GN.API PURBA NGLANGGERAN

OLEH KP3 EKOWISATA(KP3E)
FORESTATION
FAKULTAS KEHUTANAN UGM
2015
Kegiatan pengamatan yang kedua setelah sebelumnya kp3 ekowisata bersama kp3 lainnya melakukan kegiatan pengamatan di pegunungan ungaran pada tanggal 18/05 berlokasi di beberapa obyek wisata yang ada di gunung kidul. Gunung kidul yang merupakan salah satu wilayah bagian dari DIY yang sudah terkenal sebagai daerah yang memiliki potensi wisata yang beragam dan banyak mengundang wisatawan lokal maupun wisatawan dari luar jogja untuk datang ke lokasi wisata yang ada di daerah ini. Diantaranya obyek wisata pantai, goa, air terjun, pegunungan, dan terdapat satu obyek wisata yang masih dikatakan baru dan tak disangka-sangka dapat menciptakan daya tarik tersendiri yaitu wisata embung. Pengamatan yang dilakukan kali ini berupa pengmatan potensi lanskap dengan metode BLM (Bureu land management) yaitu dengan melakukan penilaian oleh pengamat pada beberapa aspek yang dapat menggambarkan keadaan lanskap di suatu obyek wisata, namun pengamatan alangkah lebih baik dilakukan pada bagian atau unit ekosistem dalam satu obyek wisata karena biasanya walaupun masih berada di satu wilayah namun potensi lanskapnya berbeda-beda. Pengamatan kali ini dilakukan pada 2 obyek atau lokasi berbeda namun masih berada di satu wilaya gunung kidul yaitu embung batara sriten dan Gn.Api purba nglanggeran dengan tujuan untuk mengetahui potensi lanskap di 2 obyek wisata yang berbeda serta membandingkan antara obyek wisata yang sudah terkelola ddengan baik dengan obyek wisata yang masih dikatakan baru ada pengelolaan wisatanya.
Embung sriten adalah embung yang dibangun di atas bukit Gn.Kidul dengan ketinggian 896 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lokasi embung ini terletak di Desa Pilangrejo, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Embung ini mulai dibangun sejak 10 Oktober 2014 dan telah diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 17 Maret 2015. Pada awalnya pembangunan embung ini ditujukan untuk membantu masyarakat sekitas agar dapat memenuhi kecukupan air dikarenakan wilayah gunung kidul sering kali mengalami kesulitan air khususnya pada musim kemarau. Namun dikarenakn embung di buat benar-benar di atas bukit tak seperti embung pada kebanyakan yang hanya dibuat pada lokasi-lokasi tertentu atau rendah maka embung sriten ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang. Dari embung ini kita dapat menikmati pemandangan dari atas bukit yang kabarnya juga menjadi bukit tertinggi di gunung kidul yang dikenal juga dengan sebutan puncak tugu mangir, sehingga menambahkan pesona tersendiri dari  embung ini dan menciptakan trend baru di masyarakat tentang adanya wisata embung. Terlihat juga bahwa embung ini dibuat tidak hanya sekedar embung biasa namun dibuat bentuk atau pola yang sangat unik disertai ornamen budaya penghias disekitarnya. Jadi embung ini tidak terlihat monoton dan hanya sekedar kolam berisi air saja. Menurut salah satu aparat desa di sekitar embung ini memang harapannya pebuatan embung di atas bukit gunung kidul ini salah satunya untuk dijadikan lokasi wisata karena lokasinya yang unik, pemandangan sekitarnya yang sangat mengesankan serta untuk membantu menambah peluang masyarakat yang nantinya akan berkontribusi dalam pegelolaan wisata embung ini.
Gambar 1. Embung batara sriten tampak dari joglo utama

Berdasarkan hasil pengamatan potensi lanskap dengan metode BLM pada 2 unit ekosistem yang dianggap memiliki daya tarik di embung ini yaitu joglo utama embung sriten dan puncak tugu mangir.  Pengamatan dilakukan oleh 6 orang pengamat yang berasal dari anggota KP3 Ekowisata, dan dilakukan scoring atau penilaian pada 7 parameter diantarnya bentuk lahan,air,pemandangan sekitar,warna,kelangkaan dan modifikasi budaya, dengan acuan kriteria-kriteria sebagai berikut :

Kriteria Parameter Potensi Visual Lanskap
UNSUR LANSKAP
SKOR
KETERANGAN
Bentuk Lahan
1
Bukit/ kaki bukit yang rendah, menggulung atau lembah yang datarannya rata, sedikit atau tidak ada kenampakan lanskap yang menarik

3
Ngarai yang curam, timbunan, pucuk-pucuk, kerucut, /silinder /pola erosi yang menarik /variasi bentuk dan ukuran suatu bentuk lahan / bentuk detail yang menarik meskipun tidak dominan/luar biasa.

5
Relief vertical tinggi seperti dinding yang menonjol, puncak2, singkapan batuan massif, variasi permukaan kasar, gundukan, kenampakan detail yang dominan dan suatu yang luar biasa.
Vegetasi
1
Sedikit atau tidak ada variasi vegetasi

3
Beberapa variasi tapi hanya satu dua jenis

5
Tipe vegetasi yang bervariasi dalam bentuk dan tekstur dan pola menarik
Air
0
Tidak ada atau tidak Nampak

3
Mengalir atau tenang tetapi tidak dominan dalam lanskap

5
Kenampakan yang jernih dan bersih, tenang,atau air terjun, /yang lain yang dominan dalam lanskap
Warna
1
Variasi perbedaan warna kontras/menarik, pada umumnya berupa warna mati

3
Beberapa intensitas variasi warna pada tanah, batu, vegetasi, tetapi bukan elemen pemandangan yang dominan

5
Kombinasi warna yang kaya, warna yang bervariasi pada tanah, batu, vegetasi, atau salju.
Pemandangan Sekitar
0
Pemandangan sekitar mempunyai sedikit pengaruh/tidak berpengaruh terhadap kualitas visual lanskap

3
Pemandangan sekitar agak meningkatkan kualitas pemandangan

5
Pemandangan sekitar sangat meningkatkan kualitas pemandangan
Kelangkaan
1
Menarik tetapi sangat umum terdapat di daerah tersebut

3
Terdapat perbedaan meskipun ada beberapa yang mirip dengan yang lain di dalam kawasan

5+
Sangat langka didalam kawasa, bunga/kehidupan liar/pemandang an yang luar biasa.
Modifikasi
-4
Modifikasi terlalu intensif, sehingga kualitas pemandangan banyak tertiadakan/berkurang secara substansial

0
Kualitas pemandangan agak tertekan oleh itrusi yang tidak begitu intensif sehingga secara keseluruhan ditiadakan/dimodifikasi menambah sedikit  variasi visual/ tidak sama sekali.

2
Bebas dari pemandangan yang tidak estetis dan pengaruhnya/ modifikasi yang mendukung keanekaan visual.
Setelah pengamat melakukan scoring pada masing-masing parameter berdasarkan kriteria dilakuka penjumlahan dari nilai scoring yang diberikan yang nantinya akan menunjukan kelas/kualitas dari suatu unit ekosistem, yaitu :
 Kelas      :     ≥ 19      = A = Kualitas Tinggi                             ≤ 11  = C = Kualitas Rendah      
                      12 – 18 = B = Kualitas Sedang
Hasil yang dilakukan oleh 7 pengamat pada 2 unit ekosistem di embung batara sriten ini adalah A yaitu kualitas tinggi dengan skor rata-rata sebesar 24 pada joglo utama embung sriten dan 27 pada puncak tugu mangir. Pada unit ekosistem 1 yaitu joglo utama, pengamatan lanskap dilakukan pada bagian embung dan sekitarnya dan diperoleh hasil tertinggi pada parameter pemandangan sekitar denga scor rata-rata 4,5 dikarenakan pemandangan sekita inilah yang membuat embung sriten ini menjadi sangat menarik. Pemandangan sekitar embung ini berupa bentukan lahan hijau dan bukit-bukit gunung kidul lainnya serta pemandangan alami lainnya di wilayah gunung kidul.
Gambar 2. Pemandangan sekitar Embung sriten
Sedangkan yang terendah adalah parameter modifikasi buadaya dengan skor 1, dikarenakan belum banyaknya modifikasi yang dilakukan pada lokasi embung ini yang dapat mempengaruhi kualitas obyek wisata ini, hanya terdapat beberapa bangunan khas jawa yaitu joglo namun tidak terlalu mendominasi.
Gambar 3. Joglo yang menjadi ornamen pendukung di sekitar embung sriten
Pada unit ekosistem kedua yaitu puncak tugu mangir yang lokasi tidak terlalu jau dari joglo utama memliki skor akhir rata-rata yang tinggi sebesar 27. Hal ini dikarenakan pada unit ini sensasi berada di puncak bukit tertinggi gunung kidul sangat terasa, hembusan angin yang kencang, awan yang seperti terasa dekat serta pemandangan lahan-lahan hijau alami gunung kidul dapat menciptakan kesan seperti berada di atas puncak gunung tertinggi, khususnya bagi para pengunjung yang belum pernah merasakan puncak gunung.

Gambar 4
 Gambar 5
Gambar 4 dan 5. Pemandangan yang terlihat dari puncak tugu mandir
Perolehan skor tertinggi dimiliki oleh paramater warna sebesar 4,5, pada lokasi ini terlihat variasi warna yang cukup menggambarkan kualitas terbaik yang berasal dari vegetasi, batu,tanah dan sebagainya karena lokasinya yang berada di dataran yang lumayan tinggi di gunung kidul. Sedangkan parameter yang memiliki skor terendah adalah modifikasi budaya sebesar 2, sama halnya dengan joglo utama, bahkan pada unit ekosistem ini tidak banyak dilakukan penbangunan ornamen pendukung dikarenakan cakupan wilayah yang tidak terlalu besar dan dimungkinkan agar tetap menjaga kealamian suatu tempat tanpa adanya gangguan berupa bangunan  dan sebagainya. Namun skor sebesar 2 ini berarti bebas dari pemandangan yang tidak estetis dan pengaruhnya/ modifikasi yang mendukung keanekaan visual dikarnakan sebenarnya masih ada satu ornamen berupa makam yang terlihat sengan dibuat untuk menghargai salah satu tokoh yang dianggap penting oleh masyarakat sekitar namun adanya ornamen tersebut tidak mempengaruhi kulaitas pemandangan. Secara keseluruhan penilaian potensi lanskap menurut pengamat KP3 Ekowisata di embung batar sriten ini berkualitas A yang berarti sangat baik. 
Selanjutnya dilakukan pengamatan potensi lanksap di kawasan ekowisata yang sudah sangat terkenal memiliki pengelolaan yang baik di gunung kidul yaitu kawasan wisata ngalnggeran. Obyek wisata yang dipilih adalah Gunung Api Purba yang menjadi salah satu obyek utama dari sekian banyak obyek wisata yang ada di kawasan ekowisata ngalanggeran ini. Gn Api purba ini dapat dikatakan salah satu obyek wisata favorit dan sudah sangat terkenal selama beberapa tahun dikalangan masyarakat jogja maupun luar jogja. Berbeda dari gunung-gunung laninnya yang biasanya didominasi oleh vegatasi hijau dan ketinggian yang cukup tinggi sehingga tidak sembarang orang bisa mencapai puncak, pada gunung api purba ini bentukan terdiri dari bebatuan besar yang tersusun secara ideal layaknya gunung pada umumnya dan memiliki ketinggian yang relatif rendah sehingga mudah di daki oleh pengunjung biasa. Gunung api purba ini tersusun dari material batuan endapan vulkanik tua berjenis andesit(breksi, lava dan tufa).
Gambar 5. Salah satu bebatuan yang menjadi bagian dari Gn.Api Purba
Pengamatan di obyek wisata Gn. Api purba ini hanya dilakuka pada puncak gunung bagong dengan skor rat-rata sebesar 19,5 yang juga menujuka kualitas angka A. Parameter yang memiliki skor tertinggi yaitu pemandangan sekitar sebesar 4,5 yang berarti pemandangan sekitar  gunung bagong dikatakan meningkatkan kualitas wisata. Skor terendah dimiliki oleh parameter air sebesar 0 yang berarti tidak tampak adanya air diekitar gunung bagong ini dikarenakan gunung ini didominasi oleh bebatuan klasik. Selain potensi lanskap yang dinilai memiliki kualitas A oleh para pengamat dari KP3 Ekowisata, terlihat juga komponen produk wisata di gunung api purba yang sudah sangat terkelola dengan baik, dibuktikan dengan adanya komponen amenitas yang berupa tempat sampah, papan himbauan yang juga mengandung edukasi tersendiri, papan penunjuk jalan, shleter atau tempat untuk beristirahat, warung penyedia makanan dan minuman dan lainnya,
 Gambar 6
 Gambar 7
Gambar 6 & 7 salah satu komponen produk yang berupa amenitas berupa joglo untuk berisitirahat dan papan himbauan
 serta aksesibilitas yang sudah dibuat dengan baik sehingga memudahkan para pengujung untuk mengaksesnya terbukti dengan adanya tangga, tali dan tapak yang dibuat agar mudah dilalui.

 
Gambar 8. Tangga yang dibuat untuk memudahkan akses bagi para pengunjung
Lalu komponen atraksi berupa gunung kelir, gunung bagong, talang kencono, pamean gandhug dan puncak gede, serta menurut salah satu pengelola di kawasan ekowisata nglanggeran ini, seringkali diadaka atraksi berpa penampilan yang berkaitan dengan prosesi budaya atau adat yang biasa dilakukan oleh msayarakat sekitar namun memang tidak selalu dapat dilakukan, hanya pada momen terntentu saja. 
Jika dibandingkan antara 2 lokasi wisata ini, menurut penilaian potensi lanskap yang dilakukan oleh pengamat dari KP3 ekowisata skor tertinggi dimiliki secara umum oleh wisata embung sriten, namun hal itu belum bisa dikatakan bahwa wisata embung sriten lebih baik daripada Gn api purba, karena penilaian hanya dilakukan pada salah satu aspek yaitu lanskap sedangkan dalam melakukan penilaian obyek wisata secara keseluruhan diperlukan aspek alin seperti komponen produk wisata(atraksi,amenitas,dan aksesibilitas), potensi flora fauna, motivasi pengunjung, kepuasan pengunjung dan sebagainya. Berdasarkan obeservasi secara sekilas tanpa menggunaka metode terntentu, komponen produk wisata di embung sriten masih perlu dikembangkan lagi sedangkan pada Gn ai purba komponen produk wisata sudah terkelola dengan baik dan dikatakan lengkap. Kawasan ekowisata nglanggeran ini dapat dijadikan contoh untuk obyek wisata baru lainnya seperti wisata embung sriten ini agar nanatinya dapat benar-benar menjadi obyek wisata yang sesungguhnya.










SALAM EKOWOW  J
#LETS DO ECOTOURISM